
Mau Lulus dengan Nilai Bagus? Hindari 5 Kebiasaan Ini!
Setiap pelajar tentu mau lulus dengan nilai bagus. Namun, banyak yang tidak sadar melakukan kebiasaan buruk saat belajar. Kebiasaan ini bisa menghambat pemahaman, konsentrasi, bahkan semangat belajar. Dalam konteks pendidikan Indonesia, hal ini menjadi tantangan besar. Untuk itu, mari kita bahas lima kebiasaan yang wajib dihindari agar hasil belajar lebih optimal.
1. Belajar Dadakan Menjelang Ujian
Kebiasaan pertama yang harus dihindari adalah belajar hanya saat ujian sudah dekat. Banyak pelajar menganggap ini hal biasa. Padahal, belajar mendadak membuat otak tertekan dan mudah kelelahan. Informasi pun tidak tersimpan dengan baik dalam ingatan jangka panjang. Akibatnya, nilai ujian bisa jauh dari harapan. Transisi dari kebiasaan ini ke pola belajar rutin akan meningkatkan hasil akademik secara signifikan. Pendidikan Indonesia perlu menanamkan pentingnya belajar bertahap sejak dini.
Cobalah atur jadwal belajar harian yang ringan tapi konsisten. Ulangi materi penting seminggu sekali agar tetap segar di ingatan. Gunakan aplikasi pengingat belajar agar lebih disiplin. Dengan begitu, belajar tidak terasa membebani di akhir semester.
2. Menunda-nunda Tugas Sekolah
Menunda tugas membuat pekerjaan menumpuk dan waktu belajar semakin terbatas. Akibatnya, kualitas tugas menurun drastis. Selain itu, kebiasaan menunda juga memicu stres dan cemas. Hal ini akan memengaruhi kondisi mental dan fokus belajar. Padahal, belajar efektif membutuhkan kondisi mental yang stabil dan tenang.
Buat daftar tugas dan target penyelesaian per hari. Prioritaskan tugas sesuai deadline agar tidak bingung membagi waktu. Disiplin mengerjakan tugas lebih awal membuatmu punya waktu revisi jika dibutuhkan. Pendidikan Indonesia perlu mendorong pelajar agar terbiasa manajemen waktu sejak dini.
3. Belajar Tanpa Istirahat yang Cukup
Belajar terus menerus tanpa istirahat membuat otak lelah dan konsentrasi menurun. Banyak pelajar salah kaprah mengira belajar lama itu produktif. Padahal, otak butuh jeda agar bisa memproses informasi dengan maksimal. Terlalu lama belajar juga menyebabkan cepat bosan dan tidak fokus.
Gunakan metode Pomodoro, yaitu belajar 25 menit lalu istirahat 5 menit. Ulangi siklus ini empat kali, lalu istirahat lebih panjang. Metode ini terbukti meningkatkan fokus dan mengurangi kelelahan belajar. Dalam sistem pendidikan Indonesia, pendekatan belajar sehat perlu lebih diperhatikan oleh guru dan orang tua.
Selain itu, tidur cukup minimal tujuh jam per malam sangat penting. Saat tidur, otak menyimpan informasi dan memperkuat daya ingat. Jangan korbankan tidur demi belajar semalaman karena hasilnya justru tidak maksimal.
Baca juga tentang: Tips Glowing untuk Kulit Kusam dan Tidak Merata
4. Terlalu Sering Multitasking Saat Belajar
Multitasking seperti membuka media sosial saat belajar mengganggu fokus secara langsung. Informasi tidak akan terserap maksimal karena perhatian terbagi. Banyak pelajar tidak sadar bahwa kebiasaan ini justru membuang waktu. Proses belajar jadi lebih lama dan hasilnya kurang memuaskan.
Fokuskan belajar pada satu materi saja dalam satu waktu. Matikan notifikasi ponsel selama waktu belajar. Gunakan aplikasi pemblokir media sosial jika sulit mengendalikan diri. Pendidikan Indonesia menghadapi tantangan besar di era digital ini. Maka, pelajar perlu dibekali literasi digital agar bisa menggunakan teknologi secara bijak.
Hindari juga belajar sambil menonton atau mendengarkan musik dengan lirik. Musik bisa mengganggu daya pikir dan memperlambat pemahaman. Belajar di tempat tenang lebih membantu menyerap informasi dengan baik.
5. Tidak Mengulang atau Menerapkan Materi
Belajar tanpa mengulang atau menerapkan materi membuat pemahaman menjadi dangkal. Otak lebih mudah melupakan informasi jika tidak digunakan. Banyak pelajar hanya membaca sekali lalu merasa cukup. Padahal, pemahaman yang kuat butuh pengulangan dan penerapan nyata.
Coba jelaskan ulang materi kepada teman atau keluarga. Ini memaksa otak memproses ulang informasi secara aktif. Selain itu, kerjakan latihan soal agar lebih familiar dengan pola ujian. Dalam konteks pendidikan Indonesia, pendekatan aktif seperti ini sangat dibutuhkan. Tidak cukup hanya mengandalkan metode ceramah dari guru.
Bergabung dalam kelompok belajar juga sangat membantu. Kamu bisa bertanya, berdiskusi, dan memahami materi dari sudut pandang berbeda. Belajar jadi lebih interaktif dan menyenangkan.